PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nasionalisme yang berkembang di Indonesia sekitar tahun 1900-an
melahirkan banyak aliran – aliran politik yang menjadi sebuah pemikiran politik
modern di Indonesia. Kemunculan nasionalisme di tengah – tengah rakyat Indonesia
dipimpin oleh para kaum terpelajar, namun masih berada dalam suatu kelompok
kecil. Kepemimpinan yang berada pada sebuah kelompok kecil ini kemudian
berkembang menjadi kelompok dimana ruang lingkupnya lebih luas dan lebih pesat
dalam penyebaran pemikirannya, setelah Proklamasi Kemerdekaan pada tahun 1945.
Kemudian menurut Feith dan Castles (1988) dimana sekitar pada tahun 1950-an
untuk pertama kalinya muncul suatu kelompok kaum cendekiawan yang tidak terikat
dan bekerja di pinggir – pinggir arena politik. Ketidakterikatan ini justru
membuat mereka sangat antusias terhadap politik di Indonesia. Bahkan, tidak
sedikit dari mereka (kaum cendekiawan yang tidak terikat) yang menjadi sumber
pemikiran politik pada masa ini. Salah Satu aliran yang paling mencolok adalah
Komunisme.
Komunisme adalah
salah satu ideologi di dunia, selain kapitalisme dan
ideologi lainnya. Komunisme lahir sebagai reaksi terhadap kapitalisme di abad
ke-19, yang mana mereka itu mementingkan individu pemilik dan mengesampingkan buruh.
Komunisme sebagai anti
kapitalisme menggunakan sistem sosialisme sebagai alat kekuasaan, dimana
kepemilikan modal atas individu sangat dibatasi. Prinsip semua adalah milik
rakyat dan dikuasai oleh negara untuk kemakmuran rakyat secara merata. Komunisme
sangat membatasi demokrasi pada rakyatnya, dan karenanya komunisme juga disebut
anti liberalisme.
Secara umum komunisme sangat
membatasi agama pada rakyatnya, dengan prinsip agama dianggap candu yang
membuat orang berangan-angan yang membatasi rakyatnya dari pemikiran yang
rasional dan nyata.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana bentuk dari Pemikiran Politik Komunisme ?
2.
Hal apa yang mendasari Lahirnya Pemikiran Politik Komunisme di indonesia
?
3.
Apa saja sepak terjang PKI di Indonesia ?
C. Tujuan
1.
Makalah
ini dibuat untuk memenuhisalahsatu tugas individu pada mata kuliah Pengantar Ilmu
Politik
2.
Sebagai
gambaran dan acuan guna menambah pengatahuan serta pemahaman akan sebuah Pemikiran Politik yang
pernah ada di Indonesia khususnya pemikiran politik komunisme.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pemikiran Politik Komunisme
Paham Komunisme Marxisme Leninisme - Paham
ini lahir dari gagasan Karl Marx yang kemudian didengungkan dan diperkenalkan
oleh sahabat Marx, Friedrich Engels. Paham ini kemudian dikembangkan oleh
Lenin, pemimpin Uni Soviet. Dengan demikian, terkadang komunisme disebut juga
ajaran Marxisme atau Leninisme.
Marxisme adalah ajaran yang sangat
menjiwai gerakan-gerakan sosialis-komunis dengan filsafat yang materialistis
(historis materialisme) dan dialektis materialisme serta perjuangan kelas.
Ajaran ini diteruskan oleh Vladimir Lenin menjadi paham Marxisme-Leninisme yang
di Indonesia dilarang oleh pemerintahan Orde Baru.
Pada awalnya marxisme
adalah ilmu sejarah yang terdiri atas suatu sistem konsep-konsep ilmiah baru yang
memberikan kemungkinan mempelajari sejarah sebagai sebuah ilmu, yang sebelumnya
hanya menjadi ideologi atau filsafat sejarah, bukan ilmu yang mandiri. Oleh
Marx, paham ini disebut “materialisme sejarah” atau “materialisme historis”,
sedangkan oleh Engels disebut materialisme dialektis. Yang terpenting dalam
ajaran Marx adalah perjuangan kelas, ajaran basis-superstruktur masyarakat, dan
revolusi.
Menurut Marx, sejarah manusia adalah
sejarah yang berisi peperangan antarkelas. Gerakan kaum buruh merupakan
ekspresi dari perang tersebut karena kaum buruh sangat menghendaki penghapusan
kelas sosial. Kaum buruh menuntut agar pendapatan ekonomi semua manusia rata.
Kaum kapitalis ingin meningkatkan keuntungan dengan menekan biaya produksi,
sedangkan kaum proletar ingin meningkatkan pendapatannya.
Ekonomi masyarakat, menurut Marx,
ditandai dengan perjuangan antara kelas atas yang memiliki modal atau alat
produksi atau mesin (kapitalis) dengan kelas bawah yang hanya memiliki tenaga
(proletar); kedua kepentingan tersebut kontradiktif dan disebut hubungan
produksi. Alat- kerja, buruh, dan pengalaman kerja disebut tenaga produktif.
Marx berpendapat, basis masyarakat ditandai oleh kontradiksi atau ketegangan,
karena di satu pihak tenaga itu berkembang terus-menerus secara progresif,
seiring dengan perkembangan iptek.
Marx menguraikan bahwa mata
pencarian manusia menentukan cara berpikirnya; dengan kata lain: kesadaran
manusia ditentukan oleh cara produksi barang material dalam masyarakat. Marx
memandang kehidupan masyarakat sebagai dua unsur yang berhubungan searah:
ekonomi sebagai basis (infrastruktur) masyarakat yang menentukan politik,
moralitas, agama, hukum, filsafat, ilmu-pengetahuan, dan berbagai bentuk
kesadaran manusia lainnya sebagai superstrukturnya. Maka dari itu, bila sistem
infrastruktur masyarakat (ekonomi) diubah maka berubah pula semua sistem
superstrukturnya. Sementara itu di kemudian hari Lenin atauVladimir Ilyic
Ulyanov tidak menyetujui sikap Internasionale II yang menanti zaman sosialisme.
Lenin tak percaya dan yakin bahwa kaum proletar dapat mengambil prakarsa dalam
mengadakan perjuangan kelas atau revolusi. Oleh karena itu, menurutnya,
revolusi proletar harus dipimpin oleh sebuah partai politik. Para anggota
partai haruslah dari golongan intelektual yang bertugas memberikan pemahaman
tentang kesadaran kelas yang revolusioner (bersifat tiba-tiba dan cepat,
lawannya evolusioner) kepada kaum buruh dengan propaganda-propaganda. Partai
komunis pun harus memiliki kader-kader sebagai penerus estafet perluasan
ajaran. Di Cina, kaum petani pun dimasukkan sebagai kelas proletar, temannya
kaum buruh.
Komunisme
sebagai ideologi mulai diterapkan saat meletusnya Revolusi Bolshevik di Rusia tanggal 7 November 1917. Sejak saat itu komunisme diterapkan
sebagai sebuah ideologi dan
disebarluaskan ke negara lain. Pada tahun 2005 negara
yang masih menganut paham komunis adalah Tiongkok, Vietnam, Korea Utara, Kuba dan Laos.
B. Lahirnya Pemikiran Politik Komunisme di Indonesia
Komunisme
sebagai anti kapitalisme menggunakan sistem sosialisme sebagai alatkekuasaan, dimana kepemilikan modal
atas individu sangat dibatasi. Prinsip semuaadalah
milik rakyat dan dikuasai oleh negara untuk kemakmuran rakyat secara merata.
Komunisme
sangat membatasi demokrasi pada rakyatnya, dan karenanya komunisme juga disebut anti liberalisme. Secara
umum komunisme sangat membatasi agama pada rakyatnya, dengan prinsip agama
dianggap candu yang membuat orang berangan-angan yang
membatasi rakyatnya dari
pemikiran yang rasional dan
nyata.
Landasan
Pemikiran Komunisme antara lain :
1.
Menolak Kehadiran golongan – golongan yang berbeda dalam masyarakat karena perbedaan itu bisa menimbulkan perpecahan.
2.
Kekerasan adalah sesuatu yang sah-sah saja dalam mencapai negara
akomunis. Kekerasan digunakan kepada dua golongan yaitu kepada anti-komunis dan penganut komunis yang di anggap berkhianat.
3.
Negara adalah alat untuk mencapai komunisme. Semua
yang dimiliki Negara seperti polisi, TNI, dll digunakan untuk
mencapai tujuan tersebut.
Komunis
di Indonesia sendiri dimulai dari terbentuknya PKI pada tahun 1920an.Alasan kaum pribumi yang mengikuti
aliran tersebut dikarenakan tindakan- tindakannya
yang melawan kaum kapitalis dan pemerintahan, selain itu iming-iming propaganda PKI juga menarik perhatian mereka.
Partai
Komunis Indonesia (PKI) adalah partai politik di Indonesia yang berideologi komunis. Dalam sejarahnya, PKI pernah berusaha melakukan pemberontakan melawan pemerintah kolonial
Belanda pada 1926, mendalangi pemberontakan
PKI Madiun pada tahun 1948 dan dicap oleh rezim Orde Baru ikut mendalangi pemberontakan G30S pada
tahun 1965. Namun tuduhan dalang PKI dalam
pemberontakan tahun 1965 tidak pernah terbukti secara tuntas, dan masih dipertanyakan seberapa jauh kebenaran tuduhan
bahwa pemberontakan itu didalangi PKI.
Sumber luar memberikan fakta lain bahwa PKI tahun 1965 tidak terlibat, melainkan didalangi oleh Soeharto
(dan CIA). Hal ini masih diperdebatkan oleh golongan
liberal, mantan anggota PKI dan beberapa orang yang lolos dari pembantaian anti PKI.
C. PKI dan Sepak Terjangnya di Indonesia
Pada tahun 1914 seorang
tokoh sosialis Belanda, Henk Sneevliet, mendirikan partai dengan nama Indische
Sociaal-Democratische Vereeniging (ISDV) (atau Persatuan Sosial Demokrat Hindia
Belanda). Keanggotaan awal ISDV pada dasarnya terdiri atas 85 anggota dari dua
partai sosialis Belanda, yaitu SDAP (Partai Buruh Sosial Demokratis) dan SDP
(Partai Sosial Demokratis), yang aktif di Hindia Belanda.
Pada Oktober 1915 ISDV
mulai aktif dalam penerbitan dalam bahasa Belanda, “Het Vrije Woord” (Kata yang
Merdeka). Editornya adalah Adolf Baars.
Pada saat pembentukannya, ISDV tidak menuntut kemerdekaan Indonesia.
Pada saat itu, ISDV mempunyai sekitar 100 orang anggota, dan dari semuanya itu
hanya tiga orang yang merupakan warga pribumi Indonesia. Namun demikian, partai
ini dengan cepat berkembang menjadi radikal dan anti kapitalis. Di bawah
pimpinan Sneevliet partai ini merasa tidak puas dengan kepemimpinan SDAP di
Belanda, dan yang menjauhkan diri dari ISDV. Pada 1917, kelompok reformis dari
ISDV memisahkan diri dan membentuk partainya sendiri, yaitu Partai Demokrat
Sosial Hindia.
Di bawah kepemimpinan
Sneevliet, ISDV yakin bahwa Revolusi Oktober seperti yang terjadi di Rusia
harus diikuti di Indonesia. Pada Kongres ISDV di Semarang (Mei 1920), nama
organisasi ini diubah menjadi Perserikatan Komunis di Hindia. Semaun diangkat
sebagai ketua partai.
PKH adalah partai
komunis pertama di Asia yang menjadi bagian dari Komunis Internasional. Henk
Sneevliet mewakili partai ini pada kongresnya kedua Komunis Internasional pada
1920.Pada 1924 nama partai ini sekali lagi diubah, kali ini adalah menjadi
Partai Komunis Indonesia (PKI).
Sepak Terjang PKI
sendiri di Indonesia ditandai dengan banyak nya pemberontakan-pemberontakan
yang terjadi yang disebabkan tingginya ambisi dari para petinggi aliran
komunisme untuk menyebarluaskan paham tersebut. pemberontakan itu antara lain :
a) Pemberontakan 1926
Pada November 1926 PKI
memimpin pemberontakan melawan pemerintahan kolonial di Jawa Barat dan Sumatra
Barat. PKI mengumumkan terbentuknya sebuah republik. Pemberontakan ini
dihancurkan dengan brutal oleh penguasa kolonial. Ribuan orang dibunuh dan
sekitar 13.000 orang ditahan. Sejumlah 1.308 orang, umumnya kader-kader partai,
dikirim ke boven Digul, sebuah kamp tahanan di Papua.Beberapa orang meninggal
di dalam tahanan. Banyak aktivis politik non-komunis yang juga menjadi sasaran
pemerintahan kolonial, dengan alasan menindas pemberontakan kaum komunis. Pada
1927 PKI dinyatakan terlarang oleh pemerintahan Belanda. Karena itu, PKI
kemudian bergerak di bawah tanah.
Pada masa awal
pelarangan ini, PKI berusaha untuk tidak menonjolkan diri, terutama karena
banyak dari pemimpinnya yang dipenjarakan. Pada 1935 pemimpin PKI Musso kembali
dari pembuangan di Moskwa, Uni Soviet, untuk menata kembali PKI dalam
gerakannya di bawh tanah. Namun Musso hanya tinggal sebentar di Indonesia. Kini
PKI bergerak dalam berbagai front, seperti misalnya Gerindo dan serikat-serikat
buruh. Di Belanda, PKI mulai bergerak di antara mahasiswa-mahasiswa Indonesia
di kalangan organisasi nasionalis, Perhimpoenan Indonesia , yang tak lama
kemudian berada di dalam kontrol PKI.
b) Peristiwa Madiun 1948
Pada Februari 1948 PKI dan
unsur-unsur kiri dari Partai Sosialis Indonesia membentuk sebuah front bersama,
yaitu Front Demokratis Rakjat. Front ini tidak bertahan lama, namun unsur-unsur
kiri Psi kemudian bergabung dengan PKI. Pada saat ini milisi-milisi Pesindo
berada di bawah kontrol PKI.
Pada 11 Agustus 1948 Musso kembali
ke Jakarta setelah mengembara selama 12 tahun di Uni Soviet. Politbiro PKI
dibentuk kembali, dengan pemimpinnya antara lain Dipa Nusantara Aidit, M.H.
Lukman dan Njoto.
Setelah penandatanganan Perjanjian
Renville (1948), banyak satuan-satuan bersenjata republiken yang kembali dari
daerah-daerah konflik. Hal ini memberikan rasa percaya diri di kalangan
kelompok sayap kanan Indonesia bahwa mereka akan mampu menandingi PKI secara
militer. Satuan-satuan gerilya dan milisi yang berada di bawah pengaruh PKI
diperintahkan untuk membubarkan diri. Di Madiun, sekelompok militer yang
dipengaruhi PKI yang menolak perintah perlucutan senjata tersebut dibunuh pada
bulan September tahun yang sama. Pembunuhan ini menimbulkan pemberontakan
bersenjata. Hal ini menimbulkan alasan untuk menekan PKI.
Sumber-sumber militer
menyatakan bahwa PKI telah memproklamasikan pembentukan “Republik Soviet
Indonesia” pada 18 September 1948 dengan Musso sebagai presidennya dan Amir
Sjarifuddin sebagai perdana menterinya. Pada saat yang sama PKI menyatakan
menolak pemberontakan itu dan menyerukan agar masyarakat tetap tenang.
Pemberontakan ini ditindas oleh pasukan-pasukan republik, dan PKI kembali
mengalami masa penindasan. Pada 30 September Madiun berhasil dikuasai oleh
pasukan-pasukan Republik dari Divisi Siliwangi. Beribu-ribu kader partai
dibunuh dan 36.000 orang dipenjarakan. Di antara mereka yang dibunuh termasuk
Musso yang dibunuh pada 31 Oktober dengan alasan bahwa ia berusaha melarikan
diri dari penjara. Amir Sjarifuddin, tokoh Partai Sosialis Indonesia, pun
dibunuh pada peristiwa berdarah ini. Aidit dan Lukman mengungsi ke Republik
Rakyat Tiongkok.
c) Gerakan 30 September
Alasan utama
tercetusnya peristiwa G30S disebabkan sebagai suatu upaya pada melawan apa yang
disebut "rencana Dewan Jenderal
hendak melakukan coup d‘etat terhadap Presiden Sukarno“.
Aktivitas PKI dirasakan
oleh kalangan politik, beberapa bulan menjelang Peristiwa G30S, makin agresif.
Meski pun tidak langsung menyerang Bung Karno, tapi serangan yang sangat kasar
misalnya terhadap apa yang disebut "kapitalis birokrat”terutama yang
bercokol di perusahaan-perusahaan negara, pelaksanaan UU Pokok Agraria yang
tidak menepati waktunya sehingga melahirkan "Aksi Sepihak“ dan istilah
"7 setan desa”, serta serangan-serangan terhadap pelaksanaan Demokrasi
Terpimpin yang dianggap hanya bertitik berat kepada "kepemimpinan“-nya dan
mengabaikan "demokrasi“-nya, adalah pertanda meningkatnya rasa
superioritas PKI, sesuai dengan statementnya yang menganggap bahwa secara
politik, PKI merasa telah berdominasi.Anggapan bahwa partai ini
berdominasi,pada akhirnya tidak lebih dari satu ilusi.
Ada pun Gerakan 30
September 1965, secara politik dikendalikan oleh sebuah Dewan Militer yang
diketuai oleh D.N. Aidit dengan wakilnya Kamaruzzaman (Syam), bermarkas di
rumah sersan (U) Suyatno di komplek perumahan AURI, di Pangkalan Udara Halim.
Sedang operasi militer dipimpin oleh kolonel A. Latief sebagai komandan SENKO
(Sentral Komando) yang bermarkas di Pangkalan Udara Halim dengan kegiatan
operasi dikendalikan dari gedung PENAS (Pemetaan Nasional), yang juga instansi
AURI dan dari Tugu MONAS (Monumen Nasional). Sedang pimpinan gerakan, adalah
Letkol. Untung Samsuri.
Menurut keterangan,
sejak dicetuskannya gerakan itu, Dewan Militer PKI mengambil alih semua
wewenang Politbiro, sehingga instruksi politik yang dianggap sah, hanyalah yang
bersumber dari Dewan Militer. Tapi setelah nampak bahwa gerakan akan mengalami
kegagalan, karena mekanisme pengorganisasiannya tidak berjalan sesuai dengan
rencana, maka dewan ini tidak berfungsi lagi. Apa yang dikerjakan ialah
bagaimana mencari jalan menyelamatkan diri masing-masing. Aidit dengan bantuan
AURI, terbang ke Yogyakarta, sedang Syam segera menghilang dan tak bisa ditemui
oleh teman-temannya yang memerlukan instruksi mengenai gerakan selanjutnya.
Antara kebenaran dan
manipulasi sejarah. Dalam konflik penafsiran dan kontroversi narasi atas
Peristiwa 30 September 1965 dan peranan PKI, klaim kebenaran bagaikan pendulum
yang berayun dari kiri ke kanan dan sebaliknya, sehingga membingungkan
masyarakat, terutama generasi baru yang masanya jauh sesudah peristiwa terjadi.
Tetapi perbedaan versi kebenaran terjadi sejak awal segera setelah terjadinya
peristiwa.
Di tingkat
internasional, Kantor Berita RRC (Republik Rakyat Cina), Xinhua, memberikan
versi bahwa Peristiwa 30 September 1965 adalah masalah internal Angkatan Darat
Indonesia yang kemudian diprovokasikan oleh dinas intelijen Barat sebagai upaya
percobaan kudeta oleh PKI.
Presiden Soekarno pun
berkali-kali melakukan pembelaan bahwa PKI tidak terlibat dalam peristiwa
sebagai partai melainkan karena adanya sejumlah tokoh partai yang keblinger dan
terpancing oleh insinuasi Barat, lalu melakukan tindakan-tindakan, dan karena
itu Soekarno tidak akan membubarkan PKI. Kemudian, pimpinan dan sejumlah
perwira Angkatan Darat memberi versi keterlibatan PKI sepenuhnya, dalam
penculikan dan pembunuhan enam jenderal dan seorang perwira pertama AD pada tengah
malam 30 September menuju dinihari 1 Oktober 1965. Versi ini segera diterima
secara umum sesuai fakta kasat mata yang terhidang dan ditopang pengalaman
buruk bersama PKI dalam kehidupan sosial dan politik pada tahun-tahun terakhir.
Hanya saja harus diakui bahwa sejumlah perwira penerangan telah menambahkan
dramatisasi artifisial terhadap kekejaman, melebihi peristiwa sesungguhnya (in
factum). Penculikan dan kemudian pembunuhan para jenderal menurut fakta memang
sudah kejam, tetapi dramatisasi dengan pemaparan yang hiperbolis dalam
penyajian, telah memberikan efek mengerikan melampaui batas yang mampu
dibayangkan semula. Dan akhirnya, mengundang pembalasan yang juga tiada taranya
dalam penumpasan berdarah antar manusia di Indonesia.
Setelah berakhirnya masa
kekuasaan formal Soeharto, muncul kesempatan untuk menelaah bagian-bagian
sejarah –khususnya mengenai Peristiwa 30 September 1965 dan PKI yang dianggap
kontroversial atau mengandung ketidakbenaran. Kesempatan itu memang kemudian
digunakan dengan baik, bukan saja oleh para sejarawan dalam batas kompetensi
kesejarahan, tetapi juga oleh mereka yang pernah terlibat dengan peristiwa atau
terlibat keanggotaan PKI. Bila sebelum ini penulisan versi penguasa sebelum
reformasi banyak dikecam karena di sana sini mengandung unsur manipulasi
sejarah, ternyata pada sisi sebaliknya di sebagian kalangan muncul pula
kecenderungan manipulatif yang sama yang bertujuan untuk memberi posisi baru
dalam sejarah bagi PKI, yakni sebagai korban politik semata. Pendulum sejarah
kali ini diayunkan terlalu jauh ke kiri, setelah pada masa sebelumnya diayunkan
terlalu jauh ke kanan.
Terdapat sejumlah nuansa berbeda
yang harus bisa dipisahkan satu sama lain dengan cermat dan arif, dalam
menghadapi masalah keterlibatan PKI pada peristiwa-peristiwa politik sekitar
1965. Bahwa sejumlah tokoh utama PKI terlibat dalam Gerakan 30 September 1965
dan kemudian melahirkan Peristiwa 30 September 1965 –suatu peristiwa di mana
enam jenderal dan satu perwira pertama Angkatan Darat diculik dan dibunuh– sudah
merupakan fakta yang tak terbantahkan. Bahwa ada usaha merebut kekuasaan dengan
pembentukan Dewan Revolusi yang telah mengeluarkan sejumlah pengumuman tentang
pengambilalihan kekuasaan, kasat mata, ada dokumen-dokumennya. Bahwa ada
lika-liku politik dalam rangka pertarungan kekuasaan sebagai latar belakang,
itu adalah soal lain yang memang perlu lebih diperjelas duduk masalah
sebenarnya, dari waktu ke waktu, untuk lebih mendekati kebenaran sesungguhnya.
Proses mendekati kebenaran tak boleh dihentikan. Bahwa dalam proses sosiologis
berikutnya, akibat dorongan konflik politik maupun konflik sosial yang tercipta
terutama dalam kurun waktu Nasakom 1959-1965, terjadi malapetaka berupa
pembunuhan massal dalam perspektif pembalasan dengan anggota-anggota PKI terutama
sebagai korban, pun merupakan fakta sejarah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Komunisme adalah
salah satu ideologi di dunia, selain kapitalisme dan
ideologi lainnya. Komunisme lahir sebagai reaksi terhadap kapitalisme di abad
ke-19, yang mana mereka itu mementingkan individu pemilik dan mengesampingkan
buruh.
Komunis di Indonesia sendiri dimulai dari terbentuknya PKI pada tahun
1920an.
Partai Komunis
Indonesia (PKI) adalah partai politik di Indonesia yang berideologi komunis.
Dalam sejarahnya, PKI pernah berusaha melakukan pemberontakan melawan
pemerintah kolonial Belanda pada 1926, mendalangi pemberontakan PKI Madiun pada
tahun 1948 dan dicap oleh rezim Orde Baru ikut mendalangi pemberontakan G30S
pada tahun 1965. Namun tuduhan dalang PKI dalam pemberontakan tahun 1965 tidak
pernah terbukti secara tuntas, dan masih dipertanyakan seberapa jauh kebenaran
tuduhan bahwa pemberontakan itu didalangi PKI. Sumber luar memberikan fakta
lain bahwa PKI tahun 1965 tidak terlibat, melainkan didalangi oleh Soeharto
(dan CIA). Hal ini masih diperdebatkan oleh golongan liberal, mantan anggota
PKI dan beberapa orang yang lolos dari pembantaian anti PKI.
Dalam Pencapaian
penerapan ideologi komunis di indonesia sendiri tidak terlepas dari yang
namanya pemberontakan. Pemberontakan sendiri yang terjadi dan disebabkan oleh
komunis adalah : Pemberontakan 1926, Peristiwa Madiun 1948, dan G30 S PKI.
B. Saran
Tidak Menutup kemungkinan dalam Pembuatan
makalah ini terdapat banyak kesalahan dan sangat jauh dari kesempurnaan,oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kemajuan
makalah ini dan sebagai bentuk evaluasi serta referensi penulis dalam penulisan
makalah kedepannya.